Rabu, 10 Desember 2008

BUDIDAYA JAMUR KUPING

BUDIDAYA JAMUR KUPING

Jamur telah dikenal dan populer sebagai makanan lezat sejak abad XIV M. Jamur telah menjadi santapan spesial bagi pejabat negara saat dinasti Ming berkuasa di daratan China. Kelezatan dan rasa khas jamur tersebar di seluruh penjuru dunia sejak terbukanya perdagangan dan komunikasi pen¬duduk antar-negara dan benua. Jamur telah menjadi hidangan favorit seka¬ligus bergengsi.

Jamur tergolong komoditas yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Tanpa jamur, mustahil dapat membuat roti, tempe, tape, taoco, oncom, dan berbagai obat-obatan, misalnya pinisilin. Beberapa jenis jamur merupakan sumber makanan yang setara dengan daging, ikan, dan makanan mahal dan bergizi. Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai (preferency) semua lapisan masyarakat. Aneka masakan jamur yang telah populer di Indonesia adalah timlo, nasi goreng jamur, tauco jamur, sukiyati, dan bakmi.

Jamur mengandung protein dua kali lebih tinggi daripada asparagus dan kentang; empat kali lebih tinggi daripada wortel dan tomat; dan enam kali lebih tinggi daripada jeruk. Dan sekitar 15 asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh manusia, sedikitnya jamur mengandung 6 - 7 macam asam animo.

Ribuan jenis (species) jamur tumbuh dan berkembang di alam terbuka sesuai dengan habitat dan lingkungan (media) hidupnya. Sedangkan jamur¬jamur yang telah dibudidayakan dan telah populer serta memasyarakat seba¬gai makanan dan sayuran telah banyak diperdagangkan di pasar-pasar, antara lain jamur merang (Volvariella volvacea), jamur champignon (Agaricus bitorquis, A. campestris, dan A. bisporus), jamur kayu seperti jamur kuping (Auricularuia auricula, A. polytricha, dan Trimella fucifor^mis), jarnur payung shitake (Lentinus edodes), dan jamur tiram (Pleurotus cornzrcopiae atau Pleurotus sapidus, P Abalonus atau P. (vstidiostrs, PP ostreatzls, PP flabellatus, PP florida, P. sayor caju atau PP pulmonaris, dan Tricolotnaspp).

Jamur merang tumbuh pada lingkungan (media) merang (jerami padi) atau media lain yang mengandung sellulose seperti karton, kertas, kapas, daun pisang kering, enceng gondok, ampas batang aren, ampas sagu, ampas tebu, kulit buah palem, dan limbah kelapa sawit. Sedangkan jamur kayu biasanya tumbuh pada batang kayu yang lapuk atau media lain yang mengandung serat kayu, misalnya serbuk gergaji.

Jamur kayu memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi daripada sayuran ataupun jamur merang. Jamur kayu mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi daripada beberapa sayuran dan jamur lainnya. Jamur kuping sebagai salah satu jamur kayu mengandung mineral lebih tinggi daripada daging sapi, daging kambing, dan sayur-sayuran lain. DI samping itu, jamaur kuping tidak mengandung kolesterol. Kan¬dungan nutrisi seliap 100 gram jamur kuping kering dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Kuping per 100 Gram
Zat Gizi Kandungan
Kalori (Energi) 128,0 kal.
Air 15,0 g
Karbohidrat 64,0 g
Lemak 0,005 g
Asam Amino Essensial 2,415 g
Vitamin B kompleks 0,1172 g
Thiamin 0,00008 g
Riboflavin 0,00019 g
Niacin 0,004 g
Ca (kalsium) 0,315 g
Tabell. Lanjutan
Zat Gizi Kandungan
K (kalium) 0,264 g
P (Fosfor) 1,348 g
Na (natrium) 0,837 g
Fe (besi) 0,036 g
Sumber: Quino (1981) dalam Tubus 271 Th XX111, 1992.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi DIY, 1999

Jamur merupakan salah satu komoditas pertanian modem yang nyaris bebas dari pupuk buatan dan pestisida. Jamur memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radio aktif di dalam tanah.

Sedangkan khasiat jamur untuk kesehatan bagi manusia, yakni men¬cegah penyakit darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, menarnbah vita¬litas dan daya tahan tubuh, serta mengandung senyawa lentinon dan retinan yang berguna untuk mencegah tumor atau kanker.

Ditinjau dari aspek biologi, jamur kuping lebih unggul daripada jenis jamur lainnya. Jamur kuping relatif lebih mudah dibudidayakan. Pengem¬bangan jamur kuping tidak memerlukan lahan luas dan subur. Masa produksi jamur kuping relatif cepat sehingga periode pembiakan dan waktu panen Iebih singkat (pendek). Jarnur kuping dapat disimpan dalam bentuk kering sehingga memudahkan pelaksanaan pengemasan (packing) dan penyimpanan ataupun distribusi serta pemasarannya.

Dewasa ini peningkatan kebutuhan jamur kuping sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pendapatan serta perubahan pola kom¬sumsi penduduk dunia. Negara-negara konsumen jamur terbesar adalah Ame¬rika Serikat (AS), Kanada, Jerman, Jepang, Hongkong, Belgia, Inggris, Be¬landa, dan Italia. Rata-rata konsumsi jamur per kapita untuk penduduk Kana¬da dan negara-negara Eropa melebihi 1,5 kg/kapita/tahun. Sedangkan rata¬rata penduduk Inggris dan AS masing-masing sekitar I kg/kapita/tahun dan 0,5 kg/kapita/tahun.

Anehnya, sekalipun kualitas jamur dari Indonesia dinilai lebih baik daripada negara-negara produsen jamur lainnya, tetapi kebutuhan impor jamur Indonesia justru melebihi kapasitas ekspor. Pada tahun 1997, Indonesia mengekspor jamur (jamur kuping, jamur shitake, dan jamur champignon) sebanyak 1.721.152 kg dengan nilai sebesar US S 2,061,274. Sementara impor jamur Indonesia pada tahun yang sama mencapai 2.709.558 kg senilai US $ 2,566,859. Indonesia sebagai penghasil jamur kuping merasa kuwalah¬an untuk memenuhi permintaan pasar internasional.

Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur kuping sebagai bahan makanan lezat dan bergizi, maka permintaan konsumen dan pasar di berbagai daerah terus rneningkat. Akan tetapi, tidak mudah untuk memenuhi permintaan-permintaan konsumen dan pasar yang kian meningkat tersebut. Masalah utama budi daya jamur kuping adalah terbatasnya bahan baku be¬rupa bibit dalam media tanam yang baik dan memenuhi syarat tumbuh.

Budi daya jamur kuping dapat dikelola sebagai usaha sampingan atau¬pun usaha ekonomis skala kecil, menengah, dan besar (industri). Negara-¬negara yang telah mengembangkan budi daya jamur kuping sebagai industri agribisnis andalan dan unggulan adalah China, Belanda, Spanyol, Francis, Belgia, dan Thailand. Negara-negara tersebut termasuk produsen jamur ter¬besar di dunia.

Sementara itu, pengembangan jamur kuping di Indonesia belum seban¬ding dengan potensi sumber daya manusia dan alam. Ditinjau dari kekayaan sumber daya manusia dan sumber daya alam di Indonesia, sesungguhnya petani Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi produsen sekaligus pemasok dan eksportir jamur kuping di pasar domestik ataupun di pasar internasional. Untuk itu, pengembangan jamur kuping perlu digarap lebih serius dengan menerapkan teknologi maju dan pengelolaan secara intensif.


EKOLOGI JAMUR KUPING

A. Biologi dan Siklus Hidup Jamur Kuping

Jamur kuping memiliki tubuh buah mirip daun telinga manusia. Sebutan jamur kuping melekat pada jenis jamur yang memiliki tubuh buah (basidio¬carp) mirip kuping (daun telinga). Di antara 65 spesies jamur kuping, ada tiga jenis jamur kuping yang biasa dikonsumsi sebagai makanan lezat dan dapat dibudidayakan, yakni (1) jamur kuping merah (Auricularia auricula Judae) yang memiliki warna tubuh buah merah atau kemerah-merahan berukuran lebar; (2) jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) yang tubuh buahnya berwarna keungu-unguan atau hitam dan berukuran (diameter) 6 cm - 10 cm; dan (3) jamur kuping putih atau jamur kuping agar (Tremella fuciformis) yang berwarna putih berukuran lebih kecil dan tipis.

Jamur merupakan jenis "tanaman" yang tidak memiliki khlorofil. Na¬mun, jamur memiliki inti, berspora, dan merupakan sel-sel lepas atau bersam¬bungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai benang) atau miselium (kumpulan hifa).

Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik-titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut sporungium yang akan tumbuh menjadi pin head (tunas atau calon tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang (tumbuh) menjadi jamur (tubuh buah).

Jamur kuping termasuk keluarga Auricularia dan kelas Basidiomycetes. Klasifikasi jamur kuping menurut Alexopolous dan Mins (1979) adalah sebagai berikut.
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom : Myceteae (Fungi)
Divisio : Amastigomycota
Sub-Divisio : Basidiomycotac
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Familia ; Auriculariac
Genus : Auricularia
Species : Auricularia sp

Tubuh jamur kuping bertangkai pendek dan tumbuh menempel pada substrat dengan membuat lubang pada permukaannya. Bentuk tubuh buah berupa lembaran bergelombang dan tidak beraturan dan agak rumit, besar seperti mangkok (cawan), dan lunak seperti Sekali, atau kenyal mirip belulang.
Permukaan atas seperti beludru dan bagian bawah licin mengkilat. Kulitnya berlendir selama musim hujan dan tampak mengekerut pada musim kemarau. Bentuk tubuh buah (basidiocarp) jamur kuping dapat dilihat pada Gambar I.

Gambar I. tubuh buah (Basidiocarp) Jamur Kuping

Tubuh buah jamur kuping dalam keadaan basah bersifat galatinous (kenyal), licin, lentur (elastis), dan berubah melengkung agak kaku dalam keadaan kering. Lebar tubuh buah jamur kuping sekitar 3 cm - 8 cm dan tebalnya sekitar 0,1 cm (7?2 cm. Jamur kuping mencapai dewasa bila panjang (diameter) basidiocarp mencapai 10 cm.

Karakteristik keluarga nucularia adalah memiliki basidium berupa hypobasidium atau epibasiclium yang masing-masing terdiri atas 4 sel. Se¬lama, inti diploid dari dalam hasidium membelah secara meiosis menjadi dua bagian. Setiap pembelahan inti selalu diikuti oleh penyekatan basidium menjadi 2 sel. Selanjutnya, inti seliap sel membelah dan diikuti penyekatan sel yang bersangkutan sehingga terbentuk irypobasidium bersel 4 (empat).

Dari seliap sel hypobasidium, tumhuh epibasidium yang panjang, searah dengan pertumbuhan hypohasidiinn, dan muncul di atas permukaan lapisan salai. Palo njung epibasidium, tumbuh sterignulta penghasil basidiospora. Selanjutnya, basidiospora tumbuh menjadi mycelium yang akan berkembang menjadi dewasa yang dilengkapi basidiucarp. Fase-Fase perkembangan basi¬dium dapat dilihat pada Gambar Siklus hidup janmur kuping dapat dilihat pada Gambar 3.

Pada awal degradasi miselium. jamur kuping melakukan penetrasi (pem¬boran) dengan melubangi dinding sel kayu secara langsung dan tegak lurus

Gambar 2. Fase Perkembangan Basidium

Gambar 3. Siklus Hidup Jamur Kuping.

pada sumbu sel. Proses penetrasi dinding sel kayu dibantu oleh enzim-enzim pemecah sellulose, hemi sellulose, dan lignin yang disekresi oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang miselium. Enzim mencerna senyawa kayu yang dilubangi sekaligus menjadi zat makanan bagi jamur.

B. Lingkungan Hidup

Jamur kuping dapat ditemukan sepanjang tahun di daerah yang beriklim
dingin (suhu sekitar 12° C) sampai dengan daratan tropis beriklim panas
(suhu sekitar 36° C) dan tumbuh optimal pada kisaran suhu 26° C - 28° C.

Jamur kuping merah banyak ditemukan di Thailand dan kawasan
Indochina. Sedangkan jamur kuping yang banyak berkembang di Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan negara-negara Asia lain adalah jamur kuping hitam.

Jamur kuping adalah "tanaman" saprotit. Miselium jamur tumbuh opti¬
mal dalam keadaan gelap dan kondisi asam (pH 3-7 dan pH optimal sekitar 4,5 -- 5,5). Sebaliknya, tubuh buah jamur kuping tidak tumbuh di tempat-¬tempat yang gelap. Jamur kuping membutuhkan cahaya matahari untuk me¬rangsang pertumbuhan tubuh buah. Jamur kuping tumbuh normal pada pe¬nyinaran di bawah 50 lux. Tetapi, cahaya matahari yang menembus permu¬kaan tubuh buah jamur akan merusak dan menyebabkan kelayuan. Pertum¬buhan jamur kuping hanya mernerlukan sinar yang bersifat menyebar (dif¬fuse lighl).

Masa pertumbuhan miselium jamur kuping membutuhkan kelembaban udara sekitar 60% - 75%, tetapi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel tubuh buah membutuhkan kelembaban udara sekitar 80% -- 90%. Miselium jamur kuping tumbuh optimal pada media tumbuh yang memiliki kandungan (kadar) air sekitar 62%. Media tumbuh yang mengandung kadar air kurang dari 50% atau lebih besar dari 65')/0 akan menghambat pertumbuhan miselium jamur.

Jamur kuping dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu di sembarang tempat. Tetapi, jamur kuping tumbuh optimal pada kayu lapuk yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungan atau kawa¬san yang memiliki ketinggian antara 600 m- 800 m di atas permukaan laut dengan kelembaban 80% - 90°/> serta suhu udara berkisar 20° C - 30° C. Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur kuping adalah di tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran (penetrasi) sinar mata¬hari secara langsung, sirkulasi udara lancar, angin spoi-spoi basah, dan kan¬dungan oksigen dalam udara cukup tinggi.

Jamur kuping adalah "tanaman" saprof it acrob yang membutuhkan oksi¬gen sebagai senyawa pertumbuhan. Sirkulasi udara yang lancar akan menja¬min pasokan oksigen. Terbatasnya kandungan oksigen udara di sekitar tempat tumbuh jamur kuping akan mengganggu pembentukan tubuh buah. Jamur kuping yang tumbuh di tempat-tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh buah abnormal. Kebanyakan, tubuh buah jamur kuping yang tumbuh di tempat (lingkungan) yang kekurangan oksigen mudah layu dan mati. Demikian pula, pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur kuping mem¬butuhkan zat makanan berupa nutrisi yang terkandung dalam pupuk ataupun bahan lain.


BAHAN DAN PERALATAN
BUDI DAYA JAMUR KUPING

Bahan dan peralatan budi daya jamur kuping meliputi bahan dan per¬alatan untuk pembibitan dan pemeliharaan atau penanaman (cultivation). Bahan yang digunakan untuk budi daya jamur kuping dapat diperoleh secara mudah dan murah. Sebaliknya, sebagian peralatan, terutama peralatan pem¬bibitan, harus disediakan dengan cara metnbeli yang harganya cukup mahal.

A. Bahan

Semua bahan yang digunakan dalam budi daya jamur kuping adalah bahan habis pakai. Bahan yang perlu disediakan untuk pembibitan adalah tepung agar, kentang, glukosa, kapas, kertas loyang (alumunium foil), kan¬tong plastik, tali karet, cincin pralon, serbuk kayu, dedak halus (bekatul), kapur (CaCO,), formalin, baysol, alkohol atau desinfektan, dan pestisida lain serta bibit miselium atau tubuh buah jamur dewasa. Adapun bahan yang perlu disediakan untuk pemeliharaan (cultivation) jamur kuping adalah bibit jamur (F4 ), kapur, air bersih, spiritus atau pestisida (baysol), kayu, lembaran plastik, jerami atau daun rumbia, paku, tali, dll.

Tepung agar, glukosa, dan kentang merupakan bahan baku pembuatan media tumbuh dalam kultur jaringan atau pembiakan spora jamur (F). Bahan ini dapat diperoleh di apotik, toko kimia atau toko alat kedokteran, dan toko swalayan serta pusat-pusat perbelanjaan. Sedangan serbuk kayu, dedak halus, gips, dan kapur merupakan media tumbuh pembibitan F, - F4 sekaligus media tumbuh tubuh buah jamur kuping selarna masa pemeliharaan (penanaman).

Serbuk kayu dapat diperoleh di tempat-tempat atau perusahaan peng¬gergajian kayu. Dedak halus dapat dibeli di perusahaan penggilingan padi (rice mill), sedangkan kapur dapat dibeli di toko bahan bangunan atau pabrik pembakaran kapur (tobong).

Formalin, alkohol dan bahan-bahan kirnia lain, cincin pralon, kayu, paku, dan spirtus dapat dibeli di apotik, toko obat, toko bahan kimia atau alat kedokleran, dan toko kelontong serta toko material (bahan bangunan). Di pedesaan yang masih dikelilingi oleh berbagai tanaman keras atau bambu tidak perlu membeli bahan-bahan kayu atau bambu. Demikian pula, jerami atau daun rumbia dapat diperoleh dari sawah-sawah atau ladang di sekitar tcmpat tinggal. Jerami atau dal-In rumbia digunakan untuk membuat rumah jamur (kubung).

Bibit tubuh buah jamur diperoleh dari kubung pemeliharaan atau tana¬man jamur kuping yang tumbuh liar pada substrat kayu. Bibit jamur kuping yang baik diperoleh dari hasil seleksi lanaman jamur yang dipelihara dalarn kubung. Bibit jamur kuping ini biasanya tumbuh besar, lebar, dan tebal sehingga memiliki keunggulan dibandingkan dengan jamur kuping yang tumbuh secara alami pada kayu-kayu lapuk.

Gambar 4. Meja Pembiakan

B. Peralatan

Peralatan budi daya jamur kuping meliputi peralatan pembibitan dan pemeliharaan. Peralatan yang perlu disediakan untuk pembibitan jamur ku¬ping adalah tabung reaksi, rak penyimpanan, botol kaca transparan, auto¬clave atau alat sterilisasi otomatis, steamer, meja pembiakan (laminair, flou), keranjang plastik, pinset panjang, spatula, lampu spirtus, kipas angin, masker, dll. Meja pembiakan merupakan unit peralatan yang dilengkapi lampu lampu neon, pengatur suhu, sirkulasi udara, dan filter udara ruang pembiakan (lihat Gambar 4). Semua peralatan pembibitan dapat dibeli di toko-toko khusus, baik toko kimia, toko alat kedokteran, maupun toko mesin dan elektronika.

Sedangkan peralatan yang perlu disediakan untuk pemeliharaan tubuh buah jamur kuping meliputi keranjang pengangkutan, spayer dan nozzle. Keranjang pengangkutan dibuat dari anyaman bambu atau keranjang plastik. Sprayer penyemprotan (pengabut) untuk penyiraman yang paling sederhana dibuat dart plastik mirip semprotan nyamuk. Sprayer yang cukup efektif untuk pangabutan pada kubung besar adalah sprayer tabung besar yang di¬lengkapi pompa tangan.


PENGADAAN BIBIT JAMUR KUPING

Bibit jamur kuping diproduksi (dibuat) melalui tahap-tahap pembiakan. Tahap pertama adalah pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium. Tahap ini dilakukan melalui kultur jaringan dan hasil pembiakan pada tahap ini berupa benang-benang jamur (miselium) yang disebut turunan pertama ( F1 ).

Tahap kedua adalah pembiakan miselium F1,. Pembiakan tahap ini me¬rupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap pertama. Hasil pem¬biakan tahap kedua ini disebut F2,. Pembiakan tahap ketiga merupakan per¬banyakan miselium hasil pembiakan tahap kedua. Hasil pembiakan tahap ini disebut F3. Sedangkan pembiakan tahap keempat merupakan perbanyakan miselium tahap ketiga sehingga diperoleh bibit jamur siap tanam (F4).

A. Pembiakan Tahap Pertama (F1)

Langkah awal, sebelum melakukan pembiakan spora jamur kuping, adalah mempersiapkan peralatan dan media tumbuh. Peralatan yang digu¬nakan meliputi tabung reaksi dan rak penyimpanan, kapas, kertas loyang atau kantong plastik, tall karet, autoclave (alat sterilisasi otomatis), meja pembiakan, dan peralatan pelengkap lainnya.

Media tumbuh yang biasa digunakan dalam pembiakan tahap pertama dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu bahan alarm dan bahan semi sintetis. Bahan alarm yang dapat digunakan adalah tepung jagung, tepung kentang, bawang, dll. Bahan-bahan mi biasanya digunakan dalam bentuk ekstrak (cairan jernih), sari, atau rebusan (decoction).

Bahan-bahan semi sintetis untuk media turnbuh dalam pembiakan jamur adalah campuran kentang-glukose-agar atau campuran agar, glukose, ekstrak ragi atau agar, dan pepton-glukose.

Media tumbuh yang cukup efektif untuk pembiakan miselium F, jamur kuping adalah bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan ken¬tang (tepung kentang). Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% - 2%. Se¬dangkan bahan lain ditentukan berdasarkan coba-coba (trial error).

Macam komposisi media tumbuh untuk pembiakan kultur jaringan (F,) jamur kuping yang telah populer adalah sebagai berikut.

1. Sari buncis dan tauge dicampur dengan media agar: Campuran (adonan) media ini disterilisasi selama 1 jam. Media ini siap digunakan sebagai biakan murni (kultur jaringan) setelah diolesi atau ditanami sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa.

2. Parutan bawang bombay dan ubi kentang: Parutan bahan-bahan mi di¬campur tepung aren (enau) dan dimasukkan dalam larutan agar dengan komposisi: kentang 100 gram; bawang bombay 50 gram; tepung aren 150 gram, dan agar 150 gram.

3. Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping mi telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar.

Penyiapan media tumbuh PDY dimulai dari pencucian dan perebusan kentang. Sebanyak 200 gram kentang segar dibersihkan (tidak dikupas kulit¬nya) dan dicuci dengan air bersih lalu diiris-iris (dicacah) kemudian dicuci lagi berulang-ulang sampai air bekas cuciannya tampak jernih. Setelah ber¬sih, iris-irisan kentang dibilas lagi dengan air suling (aquadest). Caranya, irisan kentang direndam dalam panel selama 10 menit, kemudian direbus dalam 700- 1.000 ml air (aquadest) selama I jam sehingga airnya menyusut tinggal 500 - 600 mi. Kemudian, air rebusan (ekstrak) ini disaring dengan kain flanel atau kain lain yang mata saringannya kecil dan air saringan ditam¬pung dalam botol.

Tambahkan beberapa mililiter air pada ekstrak (air rebusan kentang) yang telah disaring tersebut sehingga volumenya mencapai 1.000 ml. Tam bahkan pula 9- 15 gram tepung agar dan 10 - 20 gram glukose (dextrose) lalu diaduk-aduk dan direbus dalam autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 lbs.

Selesai perebusan langsung dilakukan pendinginan. Media tumbuh yang telah dingin dapat segera dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan. Setiap 1(satu) liter media tumbuh buatan tersebut dapat digunakan sebagai media tumbuh biakan murni (kultur jaringan) jamur kuping sebanyak 150 - 200 tabung biakan. Sebaiknya, media tumbuh buatan ini segera digunakan sehing¬ga tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan pencemar (pollutan), bakteri, atau organisme mikro (renik) lain yang bersifat merusak dan membusukkan media tumbuh buatan tersebut.

Jika jumlah media tumbuh buatan yang disiapkan melebihi kapasitas tabung reaksi pembiakan, maka sisa media tumbuh tersebut harus disimpan dalam suhu dingin dan ruangan steril. Sisa media buatan tersebut dapat digunakan untuk pembiakan periode berikutnya.

Langkah berikutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam tabung reaksi sebanyak I sendok makan, kemudian disumbat dengan kapas. Sum¬batan kapas di luar tabung reaksi dibalut dengan kertas loyang dan diikat dengan tali keret (lihat Gambar 5). Ulangi pekerjaan serupa untuk pembiakan F, lainnya.
Selanjutnya, tabung-tabung reaksi dan isinya dimasukkan dalam auto¬clave atau alat sterilisasi otomatis untuk dilakukan sterilisasi pada suhu


Gambar 5. Tabung Reaksi Berisi Me- dia Tumbuh Ditutup Kapas dan Kantong Plastik Gambar 6. Posisi Tabung Reaksi dalam Alat sterilisasi.

125'C selama 1 jam. Untuk menghemat sekaligus mengefektifkan alat steri¬lisasi, maka posisi tabung reaksi di dalamnya diatur berjajar miring ke salah satu sisi atau miring bersilangan (lihat Gambar 6).

Selesai pelaksanaan sterilisasi, tabung reaksi dibiarkan selama beberapa jam hingga suhunya dingin. Kemudian, tabung reaksi berisi media tumbuh steril dimasukkan ke dalam ruangan steril pula. Lepaskan kertas loyang penutup kapas dan simpan tabung reaksi tersebut dalam rak khusus (rak penyimpanan) dalam posisi miring. Tujuannnya adalah supaya media tumbuh jamur tersebar pada dinding tabung reaksi bagian dalarn sekaligus supaya terjadi penyebaran pertumbuhan miselium jamur kuping dalam tabung reaksi sehingga memudahkan pelaksanaan pengambilan untuk pembiakan tahap berikutnya. Tabung reaksi tersebut dibiarkan selama 24 jam supaya media tumbuh steril menjadi dingin pada suhu kamar.

Langkah selanjutnya adalah menyiapkan pelaksanaan kultur jaringan, yaitu inokulasi (penanaman bibit) berupa sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa yang berisi basidiospora. Sayatan ini diambil dari jamur kuping dewasa (umur 3-4 minggu sejak pembentukan calon jamur atau pin head) yang memiliki tubuh buah besar, tebal, dan sehat.

Tubuh buah jamur yang akan diambil jaringannya terlebih dulu diber¬sihkan dan dicuci atau dicelupkan dalam alkohol 70`% selama 1- 5 menit. Bahan-bahan kimia yang lazim digunakan untuk pencucian bibit jamur antara lain alkohol 70%, formalin 5%, mercurochloride 0,001 %, silver nitrate 0,1 %, mercuric cyanide 0,1 %, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, dan hydrogen peroxida 3%.

Tubuh buah jamur kuping bersih dan steril diletakkan pada papan atau wadah lain yang steril, kemudian diletakkan di atas meja pembiakan. Meja pembiakan diaktifkan, lampu dinyalakan, dan mesin hisap (filter) udara dihi¬dupkan dengan menekan tombol (knop) pengontak.

Setengah jam sejak meja pembiakan diaktitkan, kemudian semua tabung reaksi berisi media tumbuh steril yang telah dingin beserta rak penyimpanan¬nya diambil dan ditaruh di atas meja pembiakan. Kemudian. kapas penyum¬batnya dibuka.

Bagian tubuh buah jamur kuping yang paling tebal terletak pada bagian "ketiak"nya (lihat Gambar 7). Pada bagian ini terdapat sumber-sumber


Gambar 7. Bagian Ketiak Jamur Kuping (lihat arah pcnsil).

percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Bagian ini disa¬yat selebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjangnya sekitar 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, kita dapat menggunakan spatula (pisau lancip bertangkai) atau pisau bedah yang tajam dan steril.

Selanjutnya, sayatan (jaringan) tubuh buah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan permukaan tabung disumbat kembali dengan kapas. Penanaman sayatan tubuh buah tersebut harus dilakukan di atas meja pembiakan. Ke¬mudian, tabung reaksi tertutup yang telah diisi sayatan tubuh buah diletakkan dalam rak penyimpanan di dalam ruang steril (ruang pembiakan) dan peker¬jaan serupa diulangi untuk pembuatan bibit F, pada tabung reaksi lain yang telah disiapkan. Setiap tubuh buah jamur dapat diambil sebanyak 10 - 15 sayatan yang mengandung spora (basioiiaspora)

Spora jamur kuping disimpan dalam ruangan steril yang agak gelap selama 20 hari hingga tumbuh benang-benang miselium berwarna putih yang memenuhi media tumbuh. Selanjutnya, biakan miselum ini digunakan sebagai bibit pada pembiakan tahap kedua. Tabung reaksi pembiakan yang gagal dan tidak tumbuh miselium segera dibuang supaya tidak mencemari (mengkontaminasi) tabung pembiakan yang tumbuh baik. Miselium yang rusak dapat diidentifikasi dari media yang berbau busuk dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Tabung reaksi tersebut dibersihkan untuk digunakan pada pembibitan (inokulasi) periode (hari) berikutnya.

B. Pembiakan Tahap Kedua (F2)

Langkah-langkah pembiakan tahap kedua (F,) tidak berbeda dengan tahap sebelumnya. Langkah pertama adalah persiapan peralatan dan media tumbuh. Peralatan (wadah) pembiakan tahap ini berupa botol kaca bening (transparan) 220 ml, kapas, kantong plastik, tall karet, dan autoclave. Semua peralatan harus kering, bersih, dan steril.

Media tumbuh berupa campuran serbuk kayu, dedak halus (bekatul) dan kapur (CaCO;) dengan komposisi masing-masing 81 %; 18%, dan 1%. Macam media tumbuh lain adalah serbuk gergaji, dedak halus, gypsum (CaSo4 ), kapur (CaCO,), air, dan TSP. Komposisi masing-masing bahan adalah: serbuk gergaji 100 kg, dedak halus 10 kg, gypsum 1,5 kg, kapur 0,5 kg, air secukupnya, dart TSP 0,5 kg.

Media tumbuh dalam pembiakan F2, (termasuk F3, F4 dan media tumbuh dalam pemeliharaan) harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselum jamur kuping. Media tumbuh harus mengandung unsur C (car¬bon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah (kandungan) yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk Amoniun. Unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfimgsi untuk menetralkan asam oxalat yang dikeluarkan oleh miselium, pH antara 3- 7, kelembaban 68%, CO, kurang dari 1%, dan suhu sekitar 23° C- 25° C.

Langkah kedua dalam pembiakan ini adalah penyiapan media tumbuh. Serbuk kayu disiram dengan air bersih agar bebas dari kotoran dan cemaran getah atau rninyak, kemudian ditimbun di atas lantai terbuka selama l-- 1,5 bulan. Pada umumnya, jamur kuping tumbuh pada kayu atau serbuk kayu dari tanaman bercabang (dikotil), bertajuk rimbun, berkayu lunak, berumur lebih dart 10 tahun, dan bukan jenis kayu yang mengandung minyak seperti

Tabel 2. Macam Kayu sebagai Media Tumbuh Jamur Kuping
Nama llmiah/Latin Nama Perdagangan Nama Lokal/Indonesia
Acacia con%usa
Acer palmatum/Acer
niveum
Albasia falculn
Aleur•ilies fordii
Alntes jajwnica
Bc tula japonica
Bomha.x ceiba
Broussonetia pcrpvrifern
Cetis sincnsis
Elaeugmus pungenus
Fcrgus crenata
Ficus wn+sn
Ficus stipulosu
Gardenia jasminodes
Luporteu pteros/igma
Macarunguu Innarius
Magnolia ohovutu
Morus auslralis
Pongamia pinnata
Rhus verniciflua
Sapium sebiferum Taiwan Acacia
Maple Tree
Albasia
Tung Oil Tree
Alder
Birch
Silk Cotton Tree
Common Paper
Mul berry
F"laeagnus
Beech
Small - Lca\ed
Ba m an
Large Lca\cd Fig
Cape Jasmine
Poisonus Wood Nettle
Macaranua
Small-Lemed
Mulberrv
Poongamia
Varnish Tree
Chinese Taklboom Akasia
Wuru Kennbang (Jawa)
Sengon
Kemiri Cina,
Muncang Cina
Randu Alas (Jawa)
Pohon Besaran, Besemah,
Sepukan, Glugu
Areuy Dudurenan (Sunda)
Golongan Beringin atau
Karet
idem
Kaca Piring, Ceplok Piring
Kernaduh (Jawa)
Makaranga
Cempaka
Murbei
Kacang Kayu Laut,
Bangkongan
pinus. Tetapi, jamur kuping tumbuh optimal pada beberapa jenis kayu tertentu. Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan sebagai media tumbuh pada pembiakan ataupun pemeliharaan jarnur kuping sebaiknya dipilih dari penggergajian kayu tertentu. Jenis-jenis kayu yang baik sebagai media tumbuh jamur kuping adalah kayu kecapi, durian, rambutan, apokat, dadap, dan pasalama. Macam kayu yang baik untuk media tumbuh jamur kuping dapat dilihat pada Tabel 2.

Timbunan serbuk kayu bersih dan basah (kandungan air sekitar 62%) diaduk dan dicampur dengan dedak halus dan kapur sesuai dengan komposisi masing-masing. Dedak halus dipilih yang masih segar dan baik serta bersih (tidak tercampur sekam atau kotoran lain). Dedak yang telah disimpan dalam waktu cukup lama akan menggumpal dan mengalami fermentasi (pem¬busukan). Dedak in] kurang baik untuk campuran media tumbuh pembiakan jamur kuping. Usahakan supaya campuran media tumbuh tersebut teraduk merata.

Langkah selanjutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam botol kaca bening sampai penuh dan pantat (dasar) botol dibenturkan pelan-pelan pada lantai atau alas papan dan permukaan media tumbuh pada lubang botol ditekan dengan ujung jari berulang-ulang agar media tumbuh dalam botol lebih padat (memadat) dan tingginya mencapai leher botol. Tambahkan lagi media tumbuh sampai penuh lalu dipadatkan lagi sehingga botol terisi penuh dan padat.

Pada permukaan media tumbuh dalam botol dibuat lubang sedalam 3 cm dan diameter 1 cm. Caranya, permukaan media tumbuh pada mulut botol ditekan dengan ujung kayu runcing dan gilig (silindrik). Kemudian, alat kapas tersebut diangkat (dicabut) kembali tali ikat sambil diputar pelan-pelan sehingga permukaan media berlubang dan memadat sampal batas leher botol (lihat Gambar 8).

Mulut botol disumbat dengan ka¬pas dan ditutup dengan kantong plas¬tik, kemudian diikat dengan tali karet. media tumbuh Pekerjaan serupa diulangi pada botol¬-botol yang lain.

Botol-botol yang telah berisi me¬dia tumbuh disterilsasi dalam auto¬clave selama kurang lebih 1 jam pada suhu 100° C- 125° C (suhu sterilsasi konstan minimal 30 menit). Posisi botol dalam autoclave sama dengan posisi sterilisasi tabung reaksi F1,. Tu¬juan penysusunan botol-botol ini adalah agar penggunaan autoclave serta pelaksanaan sterilisasi lebih efektif dan efisien.

Setelah sterilisasi selesai, kemudian botol yang berisi media tumbuh tersebut didinginkan. Dalam keadaan hangat, botol-botol tersebut dibongkar dan dimasukkan ke dalam ruangan pembiakan yang steril. Botol-botol berisi media tumbuh dibiarkan selama 12 - 24 jam agar media tumbuh jamur yang telah steril tersebut menjadi dingin. Setelah dingin, botol-botol tersebut diletakkan pada meja pembiakan.

Ambil tabung reaksi hasil pembiakan F1, dan letakkan di atas meja pembiakan. Dalam keadaan tcrtutup kapas penyumbat, tabung reaksi segera disterilisasi dengan cara disemprot alkohol dan kapas penyumbatnya dibakar selama l0- 15 detik. Selanjutnya, dilepas (dicabut) dengan pinset panjang tetap dalam keadaan terbakar, lalu mulut tabung reaksi dibakar di atas lampu spirtus selama 5 detik. Cara sterilisasi (pembakaran tabung reaksi F1) dapat dilihat pada Gambar 9.

Miselium biakan F1 dimasukkan kedalam botol pembiakan F2. Caranya, buka sumbatan kapas botol pembiakan F2 dan reaksi pungut (ambil) miselium biakan F1 dengan piset, lalu tanamkan miselium tersebut pada lubang media tumbuh dalam botol pembiakan F2 Setiap biakan F1 dapat digunakan
sebagai bibit pembiakan F2 sebanyak 15 – 20 botol. Botol pembiakan ditutup lagi dengan kapas penyumbat (penutupnya) dan ditempatkan di atas rak dalam ruangan steril, baik di sekitar meja pembiakan ataupun di ruangan lain (lihat Gambarl0).

Botol-botol yang telah diisi dengan miselium jamur kuping disimpan dan ditumbuhkan selama I bulan agar miselium jamur kuping tersebut ber¬kembang memenuhi seluruh celah-celah (pori-pori) media tumbuh dalam botol. Miselium yang tumbuh dengan baik akan berwarna putih, sedangkan miselium yang rusak akan berwarna coklat busuk. Botol-botol pembiakan yang rusak disingkirkan dan seluruh isi media tumbuh di dalamnya dibuang. Kemudian, dinding botol bagian dalam disikat dengan spon atau sikat bertangkai dan dicuci dengan air bersih lalu disimpan dalam kcadaan kering.

C. Pembiakan Tahak Ketiga (F3)

Prinsip dan langkah pembiakan tahap ketiga (F3) sama dengan pem¬biakan tahap kedua. Bibit pcmbiakan F3 ditanam dari hasil pcrlibiakan F2. Miselium yang berkembang dalam media tumbuh F2 dihancurkan dengan kayu alau pinset atau pengaduk besi bertangkai panjang yang telah diste¬rilisasi. Kemudian, miselium ditumpahkan langsung di alas mulut bolol pembiakan F3 atau ditampun di atas piring atau cawan porselin. Setiap botol biakan F3 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F3 sebanyak 150 -200 botol dan disimpan atau dikembangkan (ditumbuhkan) selama 1 bulan.

D. Pembiakan Tahap Keenipat (F4)

Prinsip pembiakan tahap keempat tidak berbeda dengan pembiakan F3 ataupun F2. Pelaksanaan pembiakan F4 dilakukan dalam ruangan sleril yang lebih luas. Media tumbuh yang digunakan adalah serbuk kayu, dedak halus, dan kapur. Sedangkan penanainan hibit (inokulasi) pembiakan ini dilakukan dalam kantong plastik (polybag).

Siapkan media tumbuh dan kantong plastik hening tahan panas agak tebal (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Masukkan media tumbuh dalam kantong plastik sampai penuh, kemudian padatkan dengan cara menekan permukaan plastik sampai ketinggian isi kantong (media tumbuh) tinggal 18 cm - 20 cm. Pemadatan dilakukan secara manual atau menggunakan mesin. Pemadatan cara manual dilakukan dengan menarik permukaan atas kantong plastik dan menekan permukaan media tumbuh dengan lempeng bulat yang diameternya sama dengan diameter kantong plastik. Selanjutnya, permukaan atas bagian tengah media tumbuh dibuat lubang dengan dia¬meter 1 inchi (sekitar 2,5 cm) sedalam 7,5 cm - 10 cm.

Bagian atas kantong plastic (polybag) yang sudah diisi media tumbuh dipasang cincin dari potongan pipa pralon (diameter dan tinggi cincin sekitar 3 cm) atau potongan bambu lalu disumbat dengan kapas dan ditutup plastik atau kotak kayu steril (lihat Gambar 12). Selanjutnya, poly¬bag

disusun dalam keranjang plastik (bambu) dan dimasukkan (disterilisasi) pada suhu 90° C -¬95' C dalam ruang penguapan atau ruang sterilisasi (steamer) selama 5 - 10 jam. Pelaksanaan sterilisasi polybag ini paling lambat 24 jam sejak disiapkan dan sterilisasi dapat dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih selama 4 jam pada suhu 95° C - 100° C.

Setelah sterilisasi polybag selesai, segera dilakukan pendinginan. Mati¬kan steamer dan biarkan suhu ruangan penguapan menurun hingga 60° C. Sambil menunggu pendinginan tersebut, lakukan sterilisasi ruangan pem¬biakan. Ruangan disemprot dengan baysol dicampur alkohol atau aquades (air suling) dengan perbandingan (komposisi) 1: 6. Lantai ruangan diber¬sihkan dengan semprotan baysol dalam air, lalu dipel (dilap) dengan kain bersih.

Peralatan, termasuk pakaian tenaga kerja, harus steril. Semua peralatan dan tenaga kerja disemprot atau dibasuh dengan alkohol. Dalam setiap pelak¬sanaan pembiakan, sebaiknya menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung (dari kain steril, dll.).

Setelah suhu ruangan penguapan dingin (sekitar 60° C), polybag dalam keranjang segera dikeluarkan dari ruang penguapan dan didinginkan dalam ruangan pembiakan selama I hari (24 jam). Suhu ruangan pembiakan ini dapat diatur dengan air conditioner (AC) atau kipas angin. Ruangan pem¬biakan harus dilengkapi lubang ventilasi agar sirkulasi udara lebih lancar.

Bibit F3 dalam botol pembiakan diambil dari ruang penyimpanan (penumbuhan). Ujung botol dan kapas penyumbat disemprot dengan alkohol lalu dibakar selama 1- 2 menit. Dalam keadaan panas, kapas penyumbat segera dibuka dan mulut botol dipanggang di atas api selama 10 - 15 detik. Kemudian, miselium dan media tumbuhnya dihancurkan dengan pinset pan¬jang atau alat lain.

Campuran miselium dan media tumbuh dalam botol pembiakan segera ditumpahkan di atas cawan dan segera ditanam (diinokulasi) dalam polybag media tumbuh yang telah disiapkan. Setiap botol miselium F3 dapat ditanam menjadi 35 -40 buah polybag. Untuk menghindari kontaminasi, pelaksanaan penanaman harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Untuk itu, pelak¬sanaan penanaman sebaiknya dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Caranya, seluruh plastik penutup polybag dan kapas penyumbat dilepas (dicabut). Kemudian, salah seorang menanamkan bibit miselium F3 dan seorang lainnya menutup kembali polybag dengan kapas penyumbat (penutup).

Untuk efisiensi tenaga kerja dan penggunaan plastik penutup, maka sumbatan kapas polybag tidak perlu ditutup lagi dengan kantong (tutup) plastik. Untuk itu, plastik penutup ini ditampung dalam wadah untuk diguna¬kan dalam pembuatan (penyiapan) polybag pada inokulasi periode berikutnya.

Penanaman miselium jamur kuping dapat juga dilakukan dengan cara menumpahkan hancuran miselium dari botol F3, di atas lubang polybag dengan membuka dan menutupnya kembali kapas penyumbatnya. Cara ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja yang telah profesional (terampil).

Polybag-polybag yang telah ditanami bibit jamur kuping (polybag ino¬kulen) segera disimpan (diinkubasi) dalam kubung (rumah jamur). Hasil pembiakan F4 ini dapat dijual kepada petani dan masyarakat lain atau ditanam sendiri dalarn kubung budi daya jarnur kuping. Pelaksanaan pembibitan ja¬mur kuping ini tidak harus dilakukan secara utuh dan menyelurLih, tetapi dapat dilakukan dalarn unit-unit pcmbibitan. Petani dan masyarakat dapat melakukan pembibitan F2 atau F3 atau F4 tanpa harus melakukan pembibitan F1 Syaratnya, bibit F1 harus dibeli dari petani atau perusahaan lain yang memiliki usaha pembibitan F1 Skema pembiakan bibit jamur kuping dari kultur jaringan (F1) sampai terbentuk bibit jamur siap tanarn (F4) dapat dilihat pada Gambar 13. Sedangkan tahapan pengadaan bibit jamur kuping dapat dilihat pada Gambar 14.



PEMELIHARAAN JAMUR KUPING

Pemeliharaan jamur kuping sangat sederhana, yaitu menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemcliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat tumbuhnya. Langkah-langkah pemeliharaan atau penanaman jamur kuping meliputi pembuatan atau perbaikan (rehabilitasi) rumah jamur (ku¬bung), perawatan miselium dan tubuh buah, pengendalian hama atau pe¬nyakit, dan peinanenan.

A. Pembuatan atau Rehabilitasi Rumah Jamur (Kubung)

Rumah jamur kuping yang sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bainbu) beratap daun rumbia, anyaman bambu, atau anyaman jerami padi. Ukuran kubung yang ideal adalah 84 ml (pan jang 12 m, Iebar 7 m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kubung mirip gerbong kereta api, tiang bawah kubung berdiri tegak dan atapnya melengkung setengah lingkaran. 13entuk kerangka (konstruksi) kubung tanpa atap dapat dilihat pada Gambar 15.

Ruangan kubung penanaman jamur kuping dilengkapi rak atau para-para (shed) yang dipasang ber¬jajar, berderat, dan bersusun ber¬lapis-lapis di antara sisi-sisi tiang penyangga. ukuran rak disesuaikan dengan ukuran polybag (kantong miselium) bibit jamur yang akan diinkubasi dan ditanam. Rak kubung terdiri atas unit-unit rak yang terpisah oleh jalan utarna dan jalan simpang yang membelah ruangan. Unit rak berupa sekat-sekat atau susunan kayu horizontal atau membujur berlapis¬lapis yang dipasang kokoh dan rapat di antara tiang penyangga. Lebar dan tinggi setiap unit rak dibuat sekitar 2 x 20 cm (panjang polibag) atau sekitar 40 cm, sedangkan panjangnya 3 m atau disesuaikan dengan ukuran lebar kubung.

Deretan unit-unit rak dipasan, secara teratur pada sisi kiri dan kanan ruangan sehingga bagian tengah kubwlg terdapat jalan selebar I m dan di antara unit-unit rak terdapat jalan simpang selebar 80 cm. Susunan unit-unit rak dalam ruangan kubung jamur kuping dapat dilihat pada Gambar 16.

Pembuatan susunan (se¬kat) unit-unit rak yang ideal tidak lebih dari 5 lapisan. Se¬tiap lapisan rak ini mampu me¬muat atau menampung poly¬bag sebanyak 2 kantong ke arah vertikal dan 15 - 16 buah ke arah horizontal. Unit rak ukuran 3 m (panjang) dan 40 cm (lebar dan tinggi) dapat diisi sekitar 60 kantong poly¬bag sehingga seluruh unit rak yang tersusun 5 lapis dapat diisi sekitar 300 kantong poly¬bag.

Susunan rak lapisan bawah dibuat sekitar 20 cm - 25 cm di atas per¬niukaan lantai dasar agar sirkulasi udara pada bagian ini tidak terhambat dan tubuh buah jamur yang tumbuh pada lapisan rak paling bawah ini tidak menyentuh dan terkontaminasi oleh kotoran yang mencemari lantai dasar. Demikian pula, ruangan kubung tidak dipenuhi oleh unit-unit rak. Sediakan tempat kosong sekitar 25% dari luas lantai dasar ruangan kubung pada salah satu sisi ruangan sebagai tempat inkubasi. Pada setiap rumah jamur ukuran 84 m2 dapat dibuat sekitar 18 - 20 unit rak dengan I unit lantai inkubas.

Atap dan dinding kubung ditutup rapat dan kokoh. Atap kubung yang praktis dan hemat biaya dapat dibuat dari anyaman daun rumbia. Dinding rumah jamur sisi panjang dibuat 2 lapisan, yaitu lapisan atas dibuat dari anyaman bambu sedangkan lapisan bawah setinggi 1 m dibuat dart lapisan plastik bening (transparan). Jika kondisi yang kurang baik, khususnya ke¬lembaban ruangan kubung agak rendah, maka seluruh atap dan dinding ku¬bung perlu dilapisi lembaran plastik.

Pada dinding kubung bagian atas diberi lubang ventilasi terbuka se¬dangkan dinding kubung bawah diberi lubang vcntilasi khusus yang dapat dibuka atau ditutup kembali. Lubang vcntilasi dinding atas pada kubung ukuran ideal sebanyak 4 buah. Dua buah fentilasi terdapat pada dinding kumbung sisi kiri dan sisanya terdapat pada dinding kubung sisi kanan. Untuk mencegah masuknya burung-burung atau binatang liar lain, maka pada ventilasi terbuka dipasang kawat kasa yang dijepit bingkai bambu pada keempat sisi-sisinya. Sedangkan ukuran setiap ventilasinya adalah 60 cm x 40 cm.

Ventilasi pada dinding bagian bawah berupa jendela plastik yang disobek membentuk huruf L atau U. Tujuannya adalah agar sobekan plastik terscbut dapat dibuka dan ditutup atau dirapatkan kembali. Jumlah dan ukur¬an ventilasi sama dengan ventilasi terbuka, sedangkan letaknya sekitar 1 m samping kiri atau kanan ventilasi terbuka. Ukuran dan letak ventilasi dapat dilihat pada Gambar 17.


Rumah jamur dilengkapi dengan pintu utama yang dipasang pada bagian depan. Pintu ini dibuat dari anyaman bambu yang dibingkai dengan kerangka kayu papan atau bilah-bilah bambu. Konstruksi rumah jamur dapat dilihat pada Gambar 18.

Masa pakai optimal rumah jamur sederhana dari kerangka kayu, atap daun rumbia, serta dinding anyaman bambu dan lembaran plastik tersebut sekitar 2 tahun atau sekitar 4 peroide produksi. Selanjutnya, rumah jamur tersebut dapat dibongkar dan dibangun kembali rumah jamur sederhana dengan bahan-bahan baru atau diperhaiki (direhabilitasi) dengan mengganti bahan-bahan yang telah rusak.

B. Perawatan Miselium dan Tubuh Buah

Bibit jamur (miselium) F4 hasil pembelian atau produksi sendiri dapat diangkut dan dimasukkan dalam kubung yang tclah disiapkan. Jumlahnya disesuaikan dengan ketersediaan bibit dan kapasitas kubung. Pada kubung ukuran 84 m' dan tinggi 3,5 m dapat ditanam sekitar 5.000 kantong polybag bibit jarnur kuping.

Letakkan polybag tersebut di atas permukaan lantai inkubasi yang telah disediakan, yaitu permukaan lantai kosong yang tidak ditutup rak. Posisi polybag adalah vertikal, alas polybag di bawah, dan bagian permukaan tem¬pat pesemaian miselium yang ditutup (disumbat) kapas di atas. Posisi pe¬nempatan polybag dapat dilihat pada Gambar 19.


Bibit jamur pada lantai inkubasi tersebut dibiarkan selama 1,5 bu¬lan hingga miselium tumbuh dengan sempur¬na. Masa penanaman ini disebut inkubasi. Selama masa inkubasi, miselium akan tumbuh menutupi permukaan dan pori-pori media tumbuh dalam polybag. Miselium yang tumbuh baik akan menu¬tup sekitar 70% permu¬kaan dan pori-pori media gambar 19. Posisi Penempatan Polybag pada Lantai tumbuh. Inkubasi.

Usai masa inkubasi dilanjutkan dengan pe¬nanaman. Bibit jamur yang tumbuh baik segera disusun di atas lapisan-¬lapisan rak. Sambil me¬nyusun polybag bibit ja¬mur, sekaligus dilakukan seleksi. Bibit yang tidak tumbuh baik dan terkontaminasi oleh kotor¬an dan jamur lain dikum¬pulkan dalam karung dan dibuang atau dibakar.

Polybag disusun miring ke kin dan ke kanan. Bagian atas (tutup) polybag miring ke arah jalan simpang sedangkan alasnya saling bersinggungan. Posisi susunan polybag pada rak penanaman jamur kuping dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21.

Selesai penyusunan polybag dapat dilakukan monitoring pertumbuhan miselium. Dalam monitoring ini dilakukan pemeriksaan atau identifikasi ulang terhadap miselium dalam polybag..lika dijuinpai miselium dalam poly¬bag yang tumbuh kurang baik, maka harus segera diambil dan dibuang (lihat Gambar 22), kemudian diganti dengan polybag lain atau dibiarkan kosong.

Setelah seluruh atau sekitar 75% permukaan pori-pori media tumbuh tertutup oleh miselium jamur kuping, maka segera dilakukan penumbuhan jamur dengan cara menyobek plastik polybag. Penyobekan dilakukan pada bagian lengkung di dekat ujung polybag. Sobekan membentuk huruf L atau lubang segi empat berukuran 1 cm x 1 cm. Sobekan berbentuk huruf L harus membentuk siku-siku terbuka ke arah ujung polybag. Posisi dan bentuk sobekan polybag penumbuhan jamur dapat dilihat pada Gambar 23

Biasanya, sekitar 15 hari kemudian, calon tubuh buah jamur (pin head) akan tumbuh pada sobekan tersebut (lihat Gambar 24).


Penyobekan kantong polybag diulangi lagi dengan cara yang sama setelah calon jamur berumur I 5 hari atau sekitar 30 hari sejak penanaman polybag. Posisi penyobekan.kedua sebaiknya berseberangan dengan letak (posisi) sobekan sebelumnya. Tujuannya adalah agar terjadi pemcrataan pcmanfaatan somber nutrisi yang terkandung dalam media lumbuh sekaligus memudahkan pelaksanaan pemetikan dan menjamin kontinuitas panes.

Pekerjaan pokok dan rutin selama perawatan miselium dan tubuh buah jamur kuping adalah penyiraman, pengontrolan kelembaban dan sirkulasi udara, serta kebersihan kubung. Penyiraman dilakukan setelah tubuh buah jamur yang lumbuh pada sobekan pertama berumur 15 hari atau sekitar 2,5 bulan sejak masa inkubasi.

Penyiraman dilakukan dengan menyemprotkan kabut air memakai sprayer yang dilengkapi nozzle. Cara penyemprotan dan pengabutan air dapat dilihat pada Gambar 25.


Rumah jamur kuping raksasa dan dibangun permanen dapat dilengkapi dengan alat semprot otomatis (preasure chamber) untuk mengatur semprotan air bersih dan berkabut yang mucrat melalui nozzle yang dipasang pada bang atau dinding. Rumah jamur raksasa dan semprotan otomatis dapat dirancang seperti Gambar 26.

Penyiraman pertama dilakukan sampai tubuh buah jamur basah dan meneteskan air. Sedangkan penyiraman berikutnya dilakukan secara rutin setiap hari sesuai de¬ngan kondisi udara (cuaca). Penyiraman pada musim panas serta suhu udara cukup tinggi dan kelembaban ruang¬an kubung agak rendah dila¬kukan sebanyak 2 - 4 kali sehari. Frekuensi penyiraman saat suhu udara terlalu tinggi yang dibarengi dengan tiupan angin kencang dilakukan sebanyak 5 kali sehari.

Tindakan yang dilakukan jika tidak ada angin dan sirkulasi udara dalam kubung terhambat serta tidak terjadi hujan adalah membuka atau me¬nyingkapkan ventilasi plastik pada dinding kubung bagian bawah. Keber¬sihan kubung selama pemeliharaan harus dijaga dengan baik. Setiap selesai panen, lantai dasar kubung harus ditaburi kapur. Tindakan ini untuk men¬cegah serangan penyakit atau serangga pengganggu sekaligus menciptakan kondisi rumah jamur tetap sehat.

C. Pengendalian Hama dan Penyakit

Masalah utama pemeliharaan jamur kuping adalah kontaminasi dan serangan hama. Pelaksanaan sterilisasi ruangan dan peralatan serta media tumbuh pada pembiakan miselium Fa yang kurang sempurna akan me¬mudahkan kontaminasi oleh jamur lain. Jenis jamur yang seringkali meng¬kontaminasi miselium atau calon tubuh buah (pin head) jamur kuping adalah Trichoderma sp. Jamur ini berwarna hijau dan tumbuh seperti lumut pada permukaan media.

Acapkali, miselium polybag jarnur kuping terkontaminasi oleh jamur¬jamur penyaing (kompetitor) yang tumbuh berupa bintik-bintik hitam pada permukaan media. Jamur-jamur yang belum dapat diidentifikasi jenisnya ini tumbuh dan memantaatkan nutrisi media tumbuh sebagai habitat dan sumber makanan.

Masalah lain adalah kebersihan ruangan dan fluktuasi kandungan air dalam media tumbuh. Rurnah jamur yang dibuat sederhana mudah kotor dan terpolusi oleh kotoran-kotoran yang bersumber dari bahan-bahan pem¬buatan kubung atau bahan-bahan lain. Pelaksanaan penyiraman yang kurang baik juga akan menyebabkan tluktuasi kandungan air media tumbuh. Kelebihan atau kekurangan air media tumbuh akan menyebabkan pertum¬buhan jamur tidak normal dan mudah terkontaminasi oleh jemui- lain.

Untuk menghindari kontaminasi dan serangan hama atau penyakit perlu dilakukan tindakan pencegahan (preventit). Tindakan pertama adalah men¬jaga kebersihan rumah jamur dan tempat inkubasi serta rak penanaman (pe¬meliharaan). Tindakan kedua adalah membuang dan memusnahkan kan¬tong polybag yang terkontaminasi jamur lain atau hama. Tindakan lain ada¬lah menjaga kebersihan alat pembiakan, pengawasan dan pengontrolan pe¬laksanaan strerilisasi peralatan serta media tumbuh, dan menjaga kebersi¬han rumah jamur dengan penyemprotan pestisida sebelum dilakukan pena¬naman atau selama pemeliharaan dan setiap usai pelaksanaan panen.

D. Panen
Jamur kuping dipanen saat pertum¬buhan tubuh buah telah maksimal. Masa pertumbuhan jamur kuping di¬tandai oleh perubahan tepi atau pinggir¬an tubuh buah yang bergelombang dan tidak rata. Waktu panen paling tepat adalah pada umur 3-- 4 minggu ter¬hitung sejak pembentukan calon tubuh buah (F)in head) dan ukuran panjangnya telah maksimal atau beratnya telah mencapai sekitar 65 gr (lihat Gambar 27).

Panen dilakukan secara manual dengan cara mencubut jamur beserta akarnya. Pelaksanaan panen seringkali mengalami kcsulitan saat mencabut akar. Akar jamur yang tidak tercabut dan mengganggu per¬tumbuhan calon jamur yang akan ber¬kembang di sekitar pembusukan akar. Akar jamur yang tidak tercabut harus diambil paksa dengan dicungkil memakai kayu atau dijepit dan dicabut dengan penjepit khusus.

Panen jamur pada satu periode penanarnan selama 5 - 6 bulan dapat dilakukan sebanyak 4-5 kali. Dalarn kondisi yang baik dapat dipanen hingga 6 kali. Selanjutnya, media tumbuh hanya menghasilkan tubuh buah jamur yang berukuran kecil sehingga perlu diganti dengan bibit baru dari hasil pembiakan yang lebih baik dan mutunya terjamin.


PASCA PANEN

Jamur kuping dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau disimpan da¬lam keadaan kering serta diolah menjadi produk awetan. lamw-kuping yang baru dipetik (dipanen) segera dicuci dengan air bersih. Pangkal jamur dipo¬tong, kemudian kotoran, spora, dan air media yang menempel pada permu¬kaan tubuh buah dibersihkan dan dicuci. Caranya, permukaan tubuh buah dibasahi air, kemudian digosok pelan-pelan hingga seluruh kotoran dan spora yang berwarna putih lenyap. Karena tubuh buah .jamur mudah robek, pe¬kerjaan ini sebaiknya dilakukan dengan hati-hati.

Jamur yang telah bersih dapat langsung direbus atau dimasak dan dikon¬sumsi sebagai hidangan lezat atau dikeringkan, kemudian disimpan sebagai persediaan sayuran. Macam masakan jamur kuping yang telah dikenal dan disukai oleh masyarakat Indonesia adalah sup jamur, sukiyaki, tauco jamur, tumis jamur, acar jamur kuping, timlo dan nasi, atau mic gorcng jamur ku¬ping. F3eberapa resep dan cara mengolah jamur kuping menjadi masakan lezat dapat dilihat pada lampiran 1- 7.

Sebagai persediaan sayuran, jamur kuping harus disimpan dalam ke¬adaan kering. Pengeringan dilakukan secara manual dengan menjernur lem¬baran tubuh buah jamur di atas para-para atau pengeringan mekanik me¬nggunakan oven. Pengeringan secara manual dilakukan selama 3 - 4 hari. Pengeringan dilakukan pada tempat-tempat terbuka. Selama pelaksanaan pengeringan dilakukan pembalikan berulang-ulang agar tingkat kekeringannya merata dan sempurna. Selanjutnya, jar, iiir kuping dikemas dan disimpan pada tempat atau ruangan teduh, sejuk, dan sirkulasi udaranya lancar.

Untuk penyimpanan jangka panjang (lama), bungkus kemasannya harus tertutup rapat. Pengemasan (packing) untuk penyimpanan sebaiknya menggunakan kantong plastik tebal. Jamur kuping disusun berlapis-lapis dalam kantong plastik. Setelah is] kantong penuh, mulut permukaan kantong plastik ditangkupkan, kemudian ditekan sedikit untuk mengeluarkan udara di dalamnya. Dalam keadaan hampa udara, tangkupan mulut kantong plastik dilipat dan diikat dengan karet atau tall rafia. Pengemasan (packing) jamur kuping dalam kantong plastik dapat dilihat pada Gambar 28.

Kemasan jamur kuping dalarn kantong plastik dimasukkan dalam wa¬dah berupa kotak kayu atau karton tebal yang rapat dan tidak bocor. Ke¬masan jamur disusun berlapis-lapis dan setiap kotak (karton) dapat diisi sesuai dengan kapasitasnya.
Untuk mencegah serangan hama perusak karton dan kemasan jamur. maka setiap kotak penyimpanan diisi CS, yang dimasukkan dalam botol ke¬cil. Sumbat mulut botol dengan kapas. kemudian selipkan botol ini di tengah¬tengah susunan kantong plastik jamur dalam karton. Susun kotak penyimpan kemasan jamur kuping dalam keadaan tertutup.

Penyimpanan jamur kuping kering dalam ke¬masan kantong plastik dan kotak karton yang balk dan tidak bocor dapat bertahan selama I tahun. Penyimpanan dalam jumlah ba¬nyak dan jangka panjang sebaiknya lantai ruangan yang digunakan dilengkapi dengan kayu papan yang diberi sepatu (lihat Gambar 29). Sedangkan penyimpanan terbatas dapat ditaruh di atas lantai yang dilapisi kertas atau lembaran plastik.




ANALISIS USAHA TANI

Budi daya jamur kuping dapat dikembangkan sebagai usaha sampingan untuk menambah kebutuhan gizi dan pendapatan keluarga. Lokasi budi daya jamur kuping dapat dibangun di pekarangan atau kebun-kebun di lereng pegunungan atau perbukitan yang rimbun dan teduh ternaungi pepohonan.

Bahan dan peralatan yang diperlukan dapat diperoleh di sekitar lokasi usaha atau dibeli di pasar dengan harga relatif murah. Biaya operasional yang relatif besar dapat ditopang melalui usaha patungan atau usaha bersama dalam bentuk koperasi.

Seiring dengan kebutuhan dan perubahan pola konsumsi masyarakat akan menjamin distribusi dan pemasaran produk jamur kuping dari produsen kepada konsumen. Jamur kuping dapat dipasarkan dalam keadaan segar, olahan, ataupun awetan (jamur kuping kering). Margin tataniaga jamur kuping relatif rendah dibandingkan dengan produk-produk jamur sejenis ataupun beberapa komoditas dan produk pertanian lain. Singkatnya, prospek usaha budi daya jamur kuping cukup menjanjikan jika dikembangkan dari usaha sampingan menjadi usaha komersial skala menangah dan besar (industri).

Setiap pengelolaan usaha selalu terkait dengan penggunaan dan pe¬manfaatan sumber daya dan dana. Pengelolaan dan tataguna sumber daya alam berupa lahan dan air mencakup pengawasan, perawatan, dan peme¬liharaannya. Sedangkan operasional pemanfaatan sumber daya tenaga kerja menyangkut jumlah dan kualitas menurut kemampuan atau profesionalisme dan tingkat kesejahteraannya.

Suatu usaha pembibitan dan pemeliharaan (penanaman) jamur kuping menuntut pengelolaan optimal agar pengembangannya tidak memiliki risiko kegagalan. Sistem pengelolaan yang tepat akan mampu merespon kendaL: teknis dan non-teknis yang biasa dihadapi setiap usaha budi dayajamur kuping.

Penggunaan dana untuk pembiayaan operasional teknis dan non-leknis perlu diperlimbangkan secara cermat dan akurat. Pembiayaan-pembiayaan da¬lam pengadaan dan penggunaan bahan atau peralatan serta pengaturan logistik (pergudangan) harus dipertimbangkan berdasarkan prioritas kebutuhan.

Tujuan utama usaha budi daya jamur kuping adalah menghasilkan bibit dan produksi tubuh buah atau kemasan produk awet dengan sumber daya dan dana yang paling hemat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dibuat analisis usaha lani atau analisis untung rugi yang berfungsi scbagai pedoman sekaligus pengendali operasional. Tetapi mengingat tcrhatasnya infionnasi harga sebagian peralatan pcmbibitan jamur kuring, maka analisis usaha tam I'm MUM dapat disajikan. Bagi masyarakat atau pengusaha yang ber¬minat membuka usaha pembibitan jamur kuping kiranya dapat menganalisis sendiri dengan menanvakan har`ra sebagian peralatan yang dibutuhkan ke toko atau pabriknya. Adapun analisis untung rugi pcmcliharaan jamur kupine salu periode pcnanaman (5 bul,1n) pada I(satu) unit kubung ukuran 84 m dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis Untung Rugi Nemclihxraan Jamur Kuping
Uraian Nilai Satuan (Rp) Total Nilai (Rp)
Penyusutan Kubung 1.750.000
Tenaga Kerja (perawatan, pe¬
ngeringan dan pcngangkutan) 575.000
Bahan (Bibit Polyba-) 520 2.600.000
Penyusutan Peralatan 25.000
Total biaya Produksi 4.950.000
Pendapatan 6.500.000
Keuntungan (satu periode
penanaman) 1.550.000
Keuntungan per bulan 310.000

Jumat, 05 Desember 2008

BUDIDAYA JAMUR TIRAM

BUDIDAYA JAMUR TIRAM
I. SYARAT PERTUMBUHAN
1.1. Iklim a) Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak dan remang-remang, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.b) Kelembaban ruangan optimal 90-96% yang harus dipertahankan dengan menyemprotkan air secara teratur.c) Suhu udara untuk pertumbuhan miselia adalah 23-28 derajat C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13-15 derajat C.
1.2. Media Tanam Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam budidaya modern, media tumbuh berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gergaji kayu, ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk P dan air.
1.3. Ketinggian Tempat Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.
II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.1. Pembibitan
2.1.1. Sumber Bibit
a) Sumber alamiDipakai untuk media tradisional. Batang kayu yang telah ditumbuhi jamur dilembabkan, kemudian dirajang sepanjang 5-10 cm dan lebar 1-2 cm. Potongan disebarkan ke batang kayu lain yang dijadikan media tumbuh.
b) SporaSpora terbentuk di tudung/payung bagian bawah. Tudung/payung yang berumur 3 hari dihancurkan di dalam air bersih. Cara penggunaan cairan ini ada 2 macam: (1) cairan ini dapat digunakan langsung sebagai bibit; (2) cairan disiramkan ke media yang tersusun dari serbuk gergaji dan kukusan jagung/padi. Setelah diinapkan beberapa hari, miselium akan tumbuh menyelimuti media dan siap digunakan.
c) Biakan murniCara ini menghasilkan bibit berkualitas.
1. Siapkan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang terdiri atas ekstrakt kentang 1 liter (1 kg kentang digodog dengan 1 liter air, lalu disaring), gula dekstrosa 20 gram, ekstrak ragi 5 gram (dapat diganti dengan 400 ml air ragi tetapi air kentang jadi 600 ml) dan agar-agar batang 20%. Media lain yang bahan mudah didapat terdiri atas 1/4 kg kentang, 1/4 kg bawang bombay, 1/4 kg aci, 1 sendok makan gips dan 3 bungkus agar-agar kecil. Panaskan campuran media tersebut untuk melarutkan agar-agar. Masukkan 15 cc media ke dalam tabung reaksi 25 cc kemudian disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121 derajat C, tekanan 1,5 selama 15 menit atau dengan dikukus pada temperatur 100 derajat C selama 8 jam.Biarkan media PDA sampai hangat tetapi masih cair. Buka sedikit cawan petri bagian atas, masukkan segera media ke dalam cawan petri steril secara aseptik. Tutup cawan petri dengan cepat. Setelah agar membeku, balikkan posisi cawan petri. Media ini disebut dengan media lempeng agar.
2. Ambil tubuh buah berumur 3 hari (diameter sekitar 10 cm) yang sehat, mulus dan bagian sisinya tidak berkerut. Lepaskan stipe/bilah di bagian bawah tubuh buah. Ambil potongan bilah dengan pinset steril dan letakkan di tengah media lempeng agar yang telah disiapkan. Inkubasikan media di dalam inkubator pada temperatur 28 derajat C. Pada hari ke 2, miselium mulai tumbuh dan pada hari ke 5 seluruh permukaan media tertutupi miselium. Biakan murni ini disebut dengan bibit F1.
3. Pengerjaan seluruh proses di atas harus aseptik/bersih untuk menghindari tumbuhnya jamur yang tidak dikehendaki. Sebelum digunakan alat-alat berupa pisau atau pinset harus dibakar di atas api. Sebaiknya pengerjaan dilakukan di dalam laminar flow atau transfer box yang dijamin kebersihannya.
4. Pembiakan murni jamur tiram ini sudah dibuat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Unpad, Jurusan Biologi ITB dan PAU Mikrobiologi ITB. Bibit jamur murni bisa disimpan sampai 6 bulan pada temperatur sekitar 4 derajat C.
2.1.2. Pembuatan Bibit Jamur F2 Bahan-bahan untuk media bibit F2 adalah:a) Jagung tumbuk atau padi bergabah = 60%.b) Serbuk gergaji = 38%.c) Kapur = 0,5-1%.d) Gips = 0,1-1%. Sebelum dicampurkan, jagung tumbuk/padi direndam semalam dan dikukus 2 jam sampai mekar. Media dimasukkan ke dalam toples bekas jam.Satu lempeng agar bibit F1 dibagi menjadi delapan bagian. 1 bagian dimasukkan ke dalam media di atas dengan miselium menempel pada media. Setelah 2-4 minggu seluruh media ditumbuhi miselium dan siap ditanam ke log.
2.1.3. Pembuatan Bibit Jamur F3 Walaupun bibit F2 lebih baik daripada F3, banyak petani jamur yang menggunakan bibit F3 untuk ditanamkan ke dalam log. Media untuk bibit F3 berupa log dengan komposisi media dan cara pembuatan yang sama dengan log produksi, hanya ukuran plastiknya sekitar 1 kg. Bibit F3 dibuat dengan menambahkan 2 sendok makan bibit F2 ke bagian atas log, lalu diinkubasikan selama 1 bulan sampai miselium memenuhi seluruh permukaan log. Bibit F3 siap ditanamkan ke log produksi. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan steril di dalam laminar flow atau transfer box.
2.2. Pengolahan Media Tanam
2.2.1. Persiapan Untuk 80 log diperlukan bahan-bahan seperti di bawah ini:a) Serbuk gergaji atau ampas tebu halus=100 kgb) Tepung jagung=10 kgc) Dedak halus=10 kgd) Pupuk SP36=0,5 kge) Gips=0,5 kgf) Air=50-60% Bahan-bahan kecuali air dicampur merata, tambahkan air sampai media dapat dikepal.
2.2.2. Pembuatan Log Media dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kapasitas 1,5-2 kg sampai Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Ikat mulut plastik dengan karet tahan panas dan sterilkan.
2.2.3. Sterilisasi Log Sterilisasi perlu dilakukan agar media bebas dari mikroba lainnya. Terdapat dua cara sterilisasi yaitu:
a) Sterilisasi pada temperatur 100 derajat C selama 8 jam dengan cara mengukus. Biasanya digunakan drum kapasitas 50 log yang dipanaskan dengan kompor minyak tanah.
b) Sterilisasi pada temperatur 121 derajat C selama 15 menit dengan menggunakan otoklaf atau dandang bertekanan uap.
2.3. Teknik Penanaman
2.3.1. Penanaman Bibit Buka bagian atas log yang telah disterilkan. Hamparkan 1-2 sendok makan bibit jamur F3 atau F2. Gunakan sendok yang telah dipanaskan di atas api. Rapatkan kembali plastik bagian atas. Masukkan cincin dari bambu berdiameter 3 cm dan tinggi 1 cm ke dalam plastik yang dirapatkan tersebut. Isi lubang yang terbentuk dengan kapas. Tutup kapas beserta cincin dengan kertas koran dan ikat.
2.3.2. Penyimpanan Log Jika kita akan menyimpan log di dalam bangunan maka masa tanam jamur tiram tidak diatur oleh kondisi iklim dan dapat dilakukan setiap saat. Log yang sudah ditanami bibit harus disimpan di tempat yang menunjang pertumbuhan miselium dan tubuh buah. Bangunan untuk menyimpan log dapat dibuat permanen untuk budidaya jamur skala besar atau di dalam bangunan semi permanen. Tempat pemeliharaan jamur dibuat dengan ukuran 10 x 12 m2 yang di dalamnya terdapat 8 buah petak pemeliharaan berukuran 5,7 x 2,15 m2. Jarak antar petak 40-60 cm. Di dalam setiap petak dibuat rak-rak yang tersusun ke atas untuk menyimpan 1.300-1.400 log. Rangka bangunan dapat dibuat dari besi, kayu atau bambu. Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan dalam membuat bangunan penyimpanan adalah:a) Temperatur untuk pembentukan miselium adalah 23-28 derajat Cb) Temperatur untuk pembentukan tubuh buah adalah 13-15 derajat Cc) Kelembaban udara 90-96%d) Kadar air log 35-45%e) Udara di dalam tidak tercemari asap/gas. Log disimpan di atas rak dengan posisi tegak atau miring. Jarak penyimpanan diatur sedemikian rupa sehingga tubuh buah yang tumbuh dari satu log tidak bertumpang tindih dengan tubuh buah yang lain.
2.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1. Pemeliharaan Log
a) Log yang akan membentuk miselium dan tubuh buah harus dipelihara. Pemeliharaan berhubungan dengan menjaga lingkungan agar tetap optimuma) Kandungan air yang baik 35-45%. Kekurangan air menyebabkan miselium tidak membentuk tubuh buah karena kekeringan dan kelebihan air menyebabkan tumbuhnya jenis jamur lain yang tidak diinginkan.
b) Cahaya. Perkembangan miselium dan tubuh buah akan terhambat dengan adanya cahaya langsung. Tempat penyimpanan harus tetap teduh dan sinar matahari tidak masuk secara langsung ke dalam ruangan.
2.4.2. Pembentukan Miselium dan Tubuh Buah
a) Penumbuhan Miselium.Miselium akan tumbuh memenuhi permukaan log setelah penyimpanan selama kurang lebih 1 bulan. Selama jangka waktu tersebut, temperatur dan kelembaban harus optimal. Pengaturan temperatur dan kelembaban dapat dilakukan dengan cara:
1. Menyemprotkan air dengan sprayer ke dinding-dinding bangunan penyimpanan dan ke ruang di antara jajaran log.
2. Menyemprotkan air dengan sprinkel bernozel halus.
b) Pembentukan tubuh buah pertama.Setelah miselium tumbuh sempurna, lepaskan cincin log dan buka plastik bagian atas sehingga seluruh permukaan atas log kontak dengan udara. Pada waktu ini diperlukan raising yaitu pengaturan lingkungan agar tubuh buah tumbuh. Raising dilakukan dengan:
1. Menurunkan temperatur ruang menjadi 13-15 derajat C dengan menggunakan pengatur temperatur (Air Conditioning) atau menyemprotkan air dengan nozel halus secara intensif.
2. Menurunkan temperatur dan sekaligus menyemprotkan bahan yang mengandung hormon pertumbuhan ke permukaan log yang kontak dengan udara. Air kelapa atau ekstrakt toge dapat dipakai sebagai sumber hormon tsb. Dengan cara ini pertumbuhan tubuh buah akan mencapai dua kali lipat dibandingkan cara pertama. Tubuh buah pertama terbentuk setelah 3-5 hari pembukaan.
c) Pembentukan tubuh buah selanjutnyaSetelah tubuh buah pertama dipanen, turunkan bukaan plastik sampai ½ bagian log. Kadang-kadang calon bakal buah sudah tumbuh di bawah plastik yang belum terbuka. Bagian plastik tersebut harus dilubangi untuk memberi kesempatan tubuh buah keluar dan tumbuh. Pembukaan log sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, terutama pada budidaya skala besar. Jarak pembukaan satu kelompok log dengan kelompok lainnya ditentukan sedemikian rupa sehingga setiap hari ada tubuh buah yang dipanen. Pembukaan log yang bertahap akan menjamin kelangsungan produksi.
2.5. Hama dan Penyakit
2.5.1. Hama Hama yang banyak terdapat di tempat budidaya jamur adalah serangga baik berupa kumbang atau kutu. Pencegahan dengan sanitasi lingkungan atau, alternatif terakhir, penyemprotan insektisida. Perlu diingat bahwa residu insektisida akan menempel di tubuh buah sehingga jamur yang dipanen harus dicuci bersih di air mengalir. Pencucian dapat menyebabkan penurunan kualitas jamur kalau kelebihan air tidak langsung dihilangkan dengan cara ditiriskan.
2.5.2. Penyakit Penyebab timbulnya penyakit adalah sterilisasi yang tidak sempurna, bibit yang tidak murni, alat yang kurang bersih dan kandungan air media terlalu tinggi. Penyakit berupa tumbuhnya jamur lain seperti Mucor, Rhiozopus, Penicillium dan Aspergillus pada log. Serangan jamur-jamur tersebut dicirikan dengan timbulnya miselium yang berwarna hitam, kuning atau putih dan timbulnya lendir. Pertumbuhan jamur tiram menjadi terhambat atau tidak tumbuh sama sekali. Serangan dapat terjadi di log yang belum atau sudah dibuka. Pengendalian dilakukan dengan memperbaiki kultur teknis dan meningkatkan kebersihan lingkungan pada saat pembuatan media dan bibit serta lingkungan bangunan penyimpanan.
2.6. Panen
2.6.1. Ciri dan Umur Panen Jamur tiram Pleurotus adalah jamur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu umur muda. Panen dilakukan setelah tubuh buah mencapai ukuran maksimal pada 2-3 hari setelah tumbuh bakal tubuh buah.
2.6.2. Cara Panen Pengambilan jamur harus dilakukan dari pangkal batang karena batang yang tersisa dapat menimbulkan busuk. Potong jamur dengan pisau yang besih dan tajam dan simpan di wadah plastik dengan tumpukan setinggi 15 cm.
2.6.3. Periode Panen Panen dilakukan setiap hari atau beberapa hari sekali tergantung dari jarak pembukaan log-log. Dari satu log akan dihasilkan sekitar 0,8-1 kg jamur.
2.7. Pascapanen
2.7.1. Penyortiran Setelah dipanen, batang tubuh buah dipotong. Pisahkan jamur yang rusak dari jamur yang baik, pisahkan pula jamur sesuai dengan ukurannya.
2.7.2. Penyimpanan Setelah penyortiran, buang kotoran pada jamur tanpa mencucinya. Simpan di dalam wadah bersih dan tempatkan di kamar dengan temperatur 15 derajat C. Jamur dapat tetap segar selama 5 x 24 jam. Sebelum pengemasan, jamur dapat disemprot dengan larutan natrium bisulfit 0,1-0,2% yang menghambat pembusukan
2.7.3. Pengemasan Pengemasan dilakukan dalam:
a) Kantung plastikb)
b) Kantung plastik yang divakum (udara dikeluarkan)
c) Wadah plastik putih dan ditutup dengan plastik lembaran tipis.
2.7.4. Penanganan Lain
a) Pengeringan. Jamur direndam dalam air bersih, atau cuci dengan air mengalir lalu diiris tipis atau dibiarkan seperti adanya. Masukkan ke dalam air mendidih sebentar, lalu tiriskan. Keringkan jamur di dalam oven listrik/ minyak tanah.
b) Penambahan senyawa pengawet. Jamur utuh dibersihkan dari kotoran jika perlu dengan air mengalir. Rendam dalam asam sitrat 0,1% selama 5 menit. Cuci dengan air mengalir. Masukkan ke dalam larutan yang terdiri atas garam dapur (15%), garam sitrat (0,5%), SO2 (1%), kalium bikarbonat (0,1%) dan kalium metabisulfida (<1%) selama 10-15 menit. Tiriskan kembali. Jamur akan awet selama 2 minggu tanpa pengepakan dan 1 bulan bila langsung dipak cara vakum.
Deskripsi Jamur Kuping



Perkembangan budidaya jamur kuping di Indonesia semakin pesat, sehingga saat ini budidaya jamur kuping sangat merebak di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan jamur kuping merupakan jamur kosmopolitan atau dapat hidup dimana saja, mulai dari kawasan hutan pantai samapi dengan pegunungan tinggi dengan persyaratan tempatnya cukup lembab.
Disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping), dan dikenal juga ada empat jenis yaitu:
a. Auricularia auricula – Judae (tubuh buah lebar dan tebal)
b. Auricularia polytricha (tubuh buah kecil dan tebal)
c. Auricularia cornea (seperti Auricularia auricula)
d. Auricularia fuscosuccinea (seperti Auricularia polytricha)
Beberapa nama setempat/lokal jamur kuping yang sering didengar:
a. Indonesia : jamur kuping, supa lember (sunda), kuping lowo (Jawa), kuping tikus, dan lain-lain.
b. Cina/Taiwan/Vietnam: mouleh, Yung-ngo, Muk-ngo, Mu-er , Mo -er
c. Jepang: Kikurage, Mokurage, Senji, Arage.
d. Hongkong/Singapura: Mouleh, Jew's ear-fungi
e. Amerika Serikat: Tree-ear, Jew's ear-fungi, Gelatinous fungi.

Warna tubuh buah pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil.
Siklus hidup jamur kuping seperti halnya jamur tiram maupun shiitake meliputi; tubuh buah sudah tua menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan dan berjumlah banyak. Selanjutnya spora tersebut jatuh pada tempat yang sesuai dengan persyaratan hisupnya seperti kayu mati atau bahan berselulosa dan dalam kondisi lembab, maka spora tersebut akan berkecambah membentuk miselia dengan tingkatan:
a. Miselai primer yang tumbuh terus membanyak dan meluas.
b. Miselai sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselia pada bagian permukaan miselia sekunder dengan diameter 0,1 cm).
c. Dari primordial akan tumbuh dan berbentuk kuncup tubuh buahpada tingkat awal yang semakin lama semakin membesar (3-5 hari)
d. Dari primordia tersebut akan tumbuh tubuh buah jamur berbentuk melebar, serta pada saat tua akan dipanen.
Jamur kuping merupakan salah satu konsumsi jamur yang memiliki sifat saat dikeringkan lama, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya. Jamur kuping telah dijadikan sebagai bahan berbagai masakan seperti Sayur kimlo, nasi goreng jamur, tauco jamur, sukiyaki, dan bakmi jamur dengan rasa yang lezat dan tekstur lunak yang terasa segar dan kering.
Agrobisnis jamur memiliki prospek cerah untuk dikembangkan ke skala agroindustri dikarenakan agroindustri ini tidak menggunakan lahan yang tidak terlalu luas, bahan baku untuk penanaman jamur dalam bentuk limbah seperti serbuk gergaji, bekatul, serpihan kayu, waktu tanam dari bibit hingga pemanenean sangat singkat, harga jual jamur tinggi, dan aspek nilia gizi tinggi untuk kesehatan dan pengobatan. Selain aman dikonsumsi, bersifat non kolesterol, dan berkhasiat sebagai obat dan penawar racun yang dihasilkan dari lendir jamur kuping.
Budidaya Jamur Kuping
Budi daya jamur meliputi tahap proses pembuatan bibit dan proses produksi jamur. Budi daya jamur kuping dapat dilakukan dibatang-batang kayu dengan perlakuan tertentu agar tumbuh dengan baik. Perkembangan teknik budi daya jamur kuping dengan menggunakan serbuk kayu atau serbuk gergajian. Cara ini menguntungkan karena petani dapat menambahkan nutrisi kedalam media tanam sehingga pertumbuhan jamur menujadi optimal
Setelah menuyeleksi jamur yang akan dibudidayakan, langkah budi daya dimulai dengan pembuatan bibit jamur pada media tanam. Tahap berikutnya adalah pemeliharaan jamur selama proses budi daya, panen jamur, penanganan paspapanen dan pemasaran. Agar hasilnya maksimal, setiap tahapan harus dilakukan dengan bnaik termasuk penyiapan media tanam . Untuk media tanam bisa digunakan batangatau serbuk kayu.
Syarat pertumbuhan jamur
Factor fisik mempunyai hubungan dengan keperluan nutrisi bagi pertumbuhan jamur. Factor fisik yang akan diuraikan di bawah ini ialah suhu, pH, aerasi, cahaya, dan kelembapan.

1. Suhu
Suhu merupakan factor penting yang mempengaruhi pertumbuhan jamur. Suhu ekstrem, yaitu suhu minimum dan maksimum merupakan factor yang menentukan pertumbuhan jamur sebab dibawah batas suhu minimum dan di atas suhu maksimum jamur tidak akan hidup. Suhu ekstrem sangat penting dalam menentukan lintasan dan distribusi suatu spesies jamur di jagat raya ini.
Berdasarkan pada kisaran suhu, jamur dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamur psikrofil, jamur mesofil, dan jamur termofil. Kelompok psikrofil merupakan jamur yang mempunyai suhu minimum di bawah O0 C, suhu optimum antara 0-17 0C, dan pada suhu di atas 20 0C jamur ini sudah tidak dapat hidup. Kelompok kedua yaitu jamur mesofil memiliki suhu minimum di atas 0 0C, suhu maksimum di bawah 50 0C, dan suhu optimum antara 15-40 0C. kelompok ketiga yaitu kelompok termofil yang mepunyai suhu minimum di atas 20 0C, suhu maksimum 50 0C atau lebih, dan suhu optimum sekitar 35 0C atau lebih.
Kisaran suhu untuk pertumbuhan miselium pada umumnya lebih luas dibandingkan untuk pembentukan tubuh buah jamur. Suhu optimum yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah umumnya lebih rendah daripada untuk pertumbuhan miselium. Table 3 menyajikan kisaran suhu untuk pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur konsumi.

2. pH
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan jamur tidak dapat dinyatakan secara umum karena bergantung pada beberapa factor, seperti ketersediaan ion logam tertentu, permeabilitas membrane sel yang berhubungan dengan pertukaran ion, produksi CO2 atau NH3, dan asam organic.
Di laboratorium umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu antara 4,5-8,0 dengan pH optimum antara 5,5-7,5 atau bergantung pada jenis jamurnya. Kisaran pH untuk pertumbuhan miselium yang optimum umumnya berbeda dengan yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah jamur. Kisaran pH untuk pertumbuhan jamur konsumsi disajikan pada Tabel 4.


3. Aerasi
Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur, yaitu O2 (oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Oksigen merupakan unsure penting dalam respirasi sel. Sumber energi di dalam sel dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air sehingga energi menjadi tersedia. Karbon dioksida dapat berakumulasi sebagai hasil dari respirasi oleh jamur sendiri atau respirasi oleh organisme lainnya.
Akumulasi karbon dioksida yang terlalu banyak dapat mengakibatkan salah bentuk pada tubuh buah jamur. Pada agaricus bisporus pengaruh karbon dioksida dapat menyebabkan tangkai menjadi sangat panjang dan pembentukan paying tidak normal. Adanya karbon dioksida sebanyak 5% dapat mengakibatkan schizophyllum commune tidak membentuk tubuh buah. Oleh karena itu, ventilasi sangat diperlukan dalam fase pembentukan tubuh buah.

4. Cahaya
Kebanyakan jamur, kecuali Agaricus, memerlukan cahaya untuk awal pembentukan tubuh buah dan perkembangan yang normal. Untuk pembentukan tubuh buahnya, jamur Flammulina velutipes memerlukan cahaya yang efektif dengan panjang gelombang 435-470 nm (nano meter). Namun, untuk kebanyakan jamur kebutuhan cahaya ini secara tepat belum diketahui. Satu hal penting yang diketahui yaitu hanya sejumlah kecil panjang gelombang tertentu yang diperlukan, tetapi cahaya putih diperlukan dalam jmulah relative besar. Dalam praktik dapat digunakan lampu fluoresen dengan cahaya yang remang-remang sudah cukup untuk pembentukan dan perkembangan tubuh buah jamur.

5. Kelembapan
Secara umum jamur memerlukan kelembapan relative yang cukup tinggi. Kelembapan relative sebesar 95 – 100% menunjang pertumbuhan yang maksimum pada kebanyakan jamur.


Manfaat & Kandungan Jamur Kuping
Dari segi gastronomik ataupun organoleptik ( rasa, aroma dan penampilan), jamur kuping kurang menarik bila dihidangkan sebagai bahan makanan. Namun jamur kuping sudah dikenal dekat sebatai ahan makanan yang memiliki khasiat sebagai obat dan penawar racun.
Lendir yang dihasilkan jamur kuping selama dimasak dapat menjadi pengental. Lendir jamur kuping dapat menonaktifkan atau menetralkan kolesterol. Jamur kuping dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ketebalan, dan warnanya. Jamur kuping ang mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh konsumen karena waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera. Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila akan dimasak. Jamur kuping selain untuk ramuan makanan juga unuk pengobatan. Untuk mengurangi panas dalam, mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar.
Kandungan nutrisi jamur kuping terdiri kadar air 89,1, protein 4,2, lemak 8,3, karbohidrat total 82,8, serat 19,8, abu 4,7 dan nilai energi 351. Jamur kuping dipanaskan, maka lendir yang dihasilkan oleh masyarakat dan tabib pengobatan memiliki khasiat:
• Penangkar / penon-aktif racun baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, bakhan sampai ke racun berbentuk logam berat. Hampir semua ramuan masakan Cina, jamur kuping selalu ditambahkan untuk tujuan menonaktifkan racun yang terbawa dalam makanan.
• Kandungan senyawa dalam lendir jamur kuping, efektif untuk menghambat pertumbuhan carcinoma dan sarcoma (kanker) sampai 80 – 90%. Berfungsi juga untuk antikoagulan bahkan menghambat penggumpalan darah.
• Lendir jamur kuping dapat meghambat dan mencegah penggumpalan darah.
Manfaat jamur kuping untuk pengobatan penyakit antara lain:
• Darah tinggi/pembuluh darah mengeras akibat penggumpalan darah: 3 gram jamur kuping kering, rendam semalam dan buang airnya hingga tinggal jamur basah, tempatkan dalam rantang, tambahkan air bersih dikusus hingga lunak, tambahkan gula batu secukupnya dimakan secukupnya sehari sekali.
• Kurang darah dengan memasak jamur kuping 30 gram, ditambah 30 gram buah kurma, ditambah air bersih 5 gelas diminum dimasak sampai airnya tersisa 1 gelas. Hal diatas juga dapat diterapkan untk mengobati sakit wasir/ ambeian.
• Datang bulan tidak lancar dan memperlancar buang air besar. Jamur kuping dimasak bersama bahan-bahan lain seperti sayuran.
Masa Panen Jamur Kuping
Budidaya dengan log tanam asal serbuk gergajian kayu memerlukahnn waktu sekitar 3 bulan hingga panen, sementara dengan log tanam asal batang kau dapat lebih dari 5 bulan, tetapi hasil dari log kau cenderung digemari dengan harga lebih mahal. Masa panen untuk log tanam berbentuk ‘kantung lplastik' dapat mencapai 1 – 2 bulan terus menerus dengan intergval waktu 1 – 2 minggu hingga semua bagian dari log tanam ditumbuhi jamur. Sementara masa panen untuk log kayu umumnya lebih dari 4 bulan baru akan nampak, serta pertumbuhan ini akan terus menerus berlangsung sampai 3-4 bulan jika lingkungan log tanam dan tempatnya dipelihara diatur secara baik.
Aspek Pemasaran Jamur Kuping
Baik dalam keadaan segar (umumnya hasil panen dari alam) atau dalam keadaan kering (hasil budidaya) harga jamur kuping lebih mahal kalau dibandingkan dengan harga jamur lain seperti tiram maupun merang. Jenis jamur kuping yang paling banyak dijual dilingkungan toko boat cina atau shinshe yang memiliki bentuk kecil atau bertubuh buah tipis dalam keadaan kering, umumnya berasal dari Taiwan atau daratan Cina yang disebut Mouleh.
Secara umum, pangsa pasar di dunia, jamur kuping menduduki tempat paling bawah disamping jamur kancing, jamur shiitake, jamur merang dan sebagainya. Di Pangsa pasar Asia, terutama di kawasan Cina, Hongkong, Singapura, Malaysia dan sebagainya dimana penduduk etnis Cina banyak berdiam, pangsa pasar jamur kuping sangat tinggi terutama dalam bentuk kering.
Bahkan di Indonesia, dengan penduduk asal Cina cukup banyak, kebutuhan jamur kuping masih harus didatangkan dari RRC, Thailand , Vietnam dan sebagainya dalam bentuk kering. Serta yang masih segar, pada umumnya masih merupakan hasil alam pada permulaan musim hujan atau menjelang musim kemarau, karena pada musim tersebut, jamur kuping banyak didapatkan tumbuh pada batang kayu kering di hutan.